Buku-buku yang Bisa Kamu Baca Sebelum Twitter-an

oleh: Divani Majidullah Syarief

 

Di samping Instagram, Twitter merupakan salah satu sosial media yang banyak digunakan kala berselancar di ruang maya. Twitter juga merupakan salah satu sosial media yang menjadi favorit banyak orang, sebab ‘lebih hemat’ ketimbang Instagram apalagi TikTok dan YouTube. Sosial media yang fitur utamanya berupa tulisan ini adalah representasi dari diskursus yang sedang ramai dibincangkan oleh masyarakat secara nasional. Baik dari isu sosial, politik, gender, hingga parenting dibincangkan tiap harinya oleh pengguna sosial media yang berlogo burung ini. Nah, sebelum kalian beropini di Twitter, ada baiknya baca beberapa buku di bawah ini sebagai amunisi atau bahkan buku-buku ini bisa kalian baca kala jenuh dengan perdebatan yang terjadi di Twitter. Berikut adalah buku-bukunya:

 

Menjejal Jakarta (2018)

Buku pertama adalah buku tulisan Visaya Singgih. Buku terbitan EA Books ini merupakan kumpulan reportase yang apik dan sangat layak untuk dibaca. Menjejal Jakarta (2018) menyajikan potret-potret keseharian masyarakat Jakarta, dari mereka yang privileged hingga mereka yang tergusur rumahnya. Buku ini mencoba melihat Jakarta secara luas, alih-alih melalui satu sisi saja.

Menjejal Jakarta (2018) berisi total dua puluh lima tulisan yang memotret kehidupan metropolis masyarakat Jakarta. Dari isu kemanusiaan, profil tokoh, media, hingga masalah rasial dikupas di dalamnya. Pun, profil Viraya Singgih sendiri sebagai seorang wartawan membuatnya memiliki cakupan topik yang cukup luas, sehingga konten buku Menjejal Jakarta itu terasa sangat kaya. Oleh karena itu, buku ini layak dibaca untuk memperkaya pengetahuan dan kepekaan atas isu sosial.

 

Ich Komme aus Sewon (2021)

Buku kedua adalah buku karya Katharina Stögmüller atau yang biasa dipanggil Kathi. Buku ini membahas pengalaman-pengalaman Kathi hidup sebagai seorang blasteran Jawa-Austria. Buku terbitan Buku Mojok ini berisi kisah-kisah yang dapat menambah pengetahuan dan perspektif pembaca mengenai masalah identitas. Ditambah dengan cara penyampaian yang luwes dan santai, Ich Komme aus Sewon (2021) adalah bacaan yang renyah dan mengenyangkan. Terdapat banyak pandangan-pandangan baru mengenai masalah sosial yang kelihatan sepele namun kadang menjengkelkan. Tetapi, Kathi sudah bisa menerima beban-beban stigmatisasi tadi sebagai sebuah pengalaman belaka.

Pengalaman serta keresahan lain yang dialami Kathi sebagai seorang blasteran ia ceritakan dalam Ich Komme aus Sewon (2021). Misalnya, ruwetnya status kewarganegaraan sebagai seorang anak blasteran dari pihak ayah. Awalnya, Kathi dicatat sebagai seorang warga negara asing. Ini membuat ia dan ayahnya harus mengurus izin tinggal tiap beberapa tahun sekali, yang mana prosesnya tidak mudah dan tentu saja tidak murah. Namun, sejak adanya UU No.12 Tahun 2006, masalah kewarganegaraan yang dimiliki Kathi bisa diatasinya dengan lebih gampang.

 

Njawani (2021)

Terakhir, ada buku Reka Sakti berjudul Njawani (2021). Buku terbitan EA Books ini mengajak kita untuk memahami relasi politik dalam sebuah keluarga Jawa. Tema yang biasanya ramai dibincangkan di dunia maya: keluarga. Buku ini adalah penelitian akhirnya kala mengenyam pendidikan di Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada. Reka Sakti membedah struktur keluarga Jawa menggunakan trinitas Bourdieu: habitus, kapital, dan arena. Selama hampir dua tahun Reka Sakti mencari jawaban dari kegelisahannya; mengapa (dan bagaimana) kehidupan menjadi seperti ini? Hingga akhirnya ia menemukan jawaban bahwa keluargalah yang memiliki kuasa untuk mengondisikan kehidupan ini. Orang tua adalah aktor dominan yang mana kuasa terkonsentrasi padanya.

Terlalu mengerdilkan apabila keluarga hanya dianggap sebatas institusi terkecil dalam masyarakat. Yang dipandang hanya perkara berkembang biak, pemberian kasih sayang, dan perlindungan. Sebab pada praktiknya keluarga merupakan kunci peradaban. Dari keluarga suatu kebudayaan lahir, hidup, dan dipelihara. Anak merupakan produk keluarga. Hal itu membuat keluarga jadi institusi paling unik dalam masyarakat. Sebab, melalui anak, keluarga dapat mewariskan “kehidupan” dari generasi sebelumnya. Proses pewarisan ini berlangsung dalam tempo yang cukup lama. Situasi seperti ini tidak akan ditemukan dalam institusi sosial lainnya, bahkan dalam lembaga pemasyarakatan. Buku ini bisa dijadikan referensi bagi pembaca untuk memahami relasi dalam keluarga. Yang sekaligus bisa berguna untuk memahami masalah-masalah domestik yang muncul di dalamnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *