Oleh: Erhan Al Farizi
Sesuatu yang sekilas tampak dari desa adalah rasa hening, lengang, dan kesederhanaannya. Hal tersebut juga diakui Nurhady Sirimorok lewat bukunya Melihat Desa dari Dekat (2018). Pada pengantar buku ini, Nurhady tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada desa sebagai orang kota yang dipenuhi hiruk-pikuk. Lalu di halaman selanjutnya, rasa kagum itu berubah menjadi rasa memiliki yang prihatin dengan keadaan desa. Hal yang tampak sederhana pada desa nyatanya penuh dengan kompleksitas yang menyelimutinya. Review ini akan mengupas pengalaman membaca buku Melihat Desa dari Dekat yang diterbitkan oleh EA Books.
Permasalahan desa sejatinya adalah hal yang rumit. Kesederhanaan, udara sejuk, dan dan kadang keindahan alam merupakan tampilan luar desa yang kerap kali diceritakan orang-orang. Publisitas tentang desa memang jarang mengungkap sisi lain desa yang ternyata juga kadang memiliki kesemrawutan. Selayaknya kota yang hampir setiap tahun memiliki permasalahan yang tidak kunjung selesai, desa juga demikian. Ada permasalahan yang terpartisi, bahkan mungkin sudah menjadi pola di desa. Beberapa persoalan di desa yang tidak selesai di antaranya adalah kapasitas pemerintahan desa, kapasitas warga dan lembaga kemasyarakatan, sistem perencanaan dan penganggaran, potensi hingga kelembagaan ekonomi desa (Feradis dalam Kumparan, 27/02/21).
Tidak hanya dihantui persoalan dari masa lalu, desa juga dihadang persoalan di masa mendatang. Misalnya, akan dikemanakan pranata sosial yang selama ini mereka pegang. Seperti diketahui, pranata sosial di desa tidak selentur di kota, dan itu memang khasnya. Sebab nilai tradisional adalah hal yang sangat melekat di desa.
Selain aspek kebudayaan, desa juga ditunggu masalah ekonomi. Seperti yang dipaparkan dalam buku ini, di mana salah satu masalah yang menjalar di desa-desa adalah banyaknya anak muda desa yang menganggap hidup menjadi petani di desa merupakan tujuan hidup yang tidak berprospek menjanjikan
Penjelasan mengenai hal tersebut dijelaskan secara menyeluruh pada bab “Menjauhkan Orang Muda dari Desa”. Dewasa ini sangat jarang dijumpai pemuda-pemudi desa yang mendambakan hidup sebagai petani. Ada anggapan bahwa menjadi petani di masa sekarang bukanlah hal yang menjanjikan penghidupan layak. Anggapan tersebut memang ada benarnya sebab banyak sekali permasalahan seperti biaya produksi yang semakin meninggi dan pendapatan yang tidak terlalu banyak. Petani gurem—istilah yang disematkan Nurhady Sirimorok—dan seluruh anggota keluarganya masih harus menghadapi permasalahan struktural lainnya. Esai yang menggugat ulang kesejahteraan petani di desa ini ditutup dengan kutipan menyentil dari pidato Ben White:
“…Bila orang-orang muda tidak lagi mau bertani dan keluarga petani kecil akan hilang, lantas bagaimana mempertahankan argumen akan pentingnya peran pertanian skala kecil, dan membantah para pengusung pertanian dan perkebunan skala besar?” (halaman 109)
Permasalahan di desa oleh pihak yang berwenang sudah sepantasnya mendapat perhatian khusus. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana tujuan tersebut tercapai? Masyarakat barangkali tidak asing dengan ketidaktepatan penggunaan dana desa. Nurhady kemudian menemukan simpulan dari permasalahan tersebut yaitu kurangnya rasa kolektivitas di desa. Rasa kolektivitas memang permasalahan fundamental terhadap keuangan di desa, akan tetapi terdapat juga sumbu permasalahan lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan rasa kolektif untuk jangka panjang dan pengurangan beban administratif bagi masyarakat desa agar dana desa pada akhirnya memiliki keberlanjutan yang jelas.
Keunggulan buku ini jelas terletak pada kedalaman Nurhady dalam membahas problematika di desa. Kendati esai-esai tersebut merupakan hasil penelitian, penulis begitu piawai menggunakan bahasa yang mudah dicerna pembaca. Tidak hanya menunjukkan permasalahan desa, Nurhady juga membuktikan masyarakat masih pantas berharap dan berusaha. Beberapa contoh kesuksesan di desa-desa lain menunjukkan bahwa masa depan masyarakat desa masih menjanjikan kehidupan yang berkualitas.
Hal yang barangkali kurang dijelaskan dalam buku ini adalah mengenai kebahagiaan masyarakat desa. Dari awal hingga akhir buku ini diwarnai dengan permasalahan yang diderita di desa. Akan menjadi hal yang menyenangkan jika penulis juga menyertai kelebihan-kelebihan di desa sehingga menjadikan isi dari buku ini seimbang. Selamat berdinamika di desa bersama Melihat Desa dari Dekat..