logo blog buku mojok

Melewati Masa Duka: Pelajaran dari Buku Rumah Ini Tak Lagi Sama

Kehilangan orang terkasih, terutama orang tua, adalah salah satu momen paling berat dalam hidup. Rasanya, tidak ada yang benar-benar siap untuk itu. Tapi, buku Rumah Ini Tak Lagi Sama karya Urfa Qurrota Ainy hadir dengan perspektif yang hangat dan mendalam, memberikan banyak pelajaran yang bisa kita pegang untuk melalui masa duka.

Buat kamu yang sedang berduka atau punya teman yang mengalaminya, buku ini bisa jadi rekomendasi bacaan wajib. Urfa dengan jujur membagikan kisah pribadinya setelah ditinggal ayah tercinta. Di buku ini, kamu bakal diajak masuk ke dalam perjalanan emosional yang mungkin terasa dekat sekali—karena pengalaman seperti ini memang tak terhindarkan di hidup kita.

(Daftar isi buku Rumah Ini Tak Lagi Sama)

1. Menerima Bahwa Tidak Ada yang Benar-Benar Siap

Urfa mengingatkan kita bahwa perpisahan tidak pernah mudah. Bahkan jika kita sudah menduga atau bersiap secara logis, rasa sakitnya tetap nyata. Lewat bab “Kita Tidak Pernah Siap,” Urfa menyoroti pentingnya memberi ruang untuk menerima perasaan kehilangan. Ini penting banget, terutama buat kamu yang mungkin merasa lemah atau malu karena bersedih terlalu lama. Berduka itu normal, dan nggak ada batas waktu pasti untuk melaluinya.

2. Bersedih itu Penting, Tapi Jangan Sampai Kehilangan Arah

Buku ini juga menjelaskan bahwa berduka adalah proses alami yang perlu dilewati, bukan dihindari. Terkadang, kita cenderung “melarikan diri” dari rasa sakit dengan sibuk bekerja atau menghindari topik-topik yang bikin sedih. Tapi, Urfa menekankan bahwa menghadapi duka, bukan menghindarinya, adalah cara terbaik untuk bisa bangkit lagi. Kamu diajak untuk mengakui rasa kehilangan tanpa membiarkan duka itu menguasai hidup sepenuhnya.

3. Menemukan Dukungan Emosional

Ada banyak cara untuk bangkit setelah kehilangan. Salah satunya adalah menemukan dukungan dari orang sekitar. Dalam buku ini, Urfa membagikan betapa pentingnya memiliki support system yang bisa jadi tempat berbagi dan bercerita. Saat berduka, kita sering merasa sendiri, padahal ada banyak orang yang sebenarnya peduli dan ingin membantu. Jangan ragu untuk terbuka dan berbagi, meski hanya sekedar curhat singkat.

4. Ritual Kedukaan Itu Penting

Buat banyak orang, ritual kedukaan seperti tahlilan, doa bersama, atau memperingati 40 hari wafatnya seseorang terasa kuno dan formalitas saja. Tapi ternyata, ritual-ritual itu justru bisa membantu kita mengurai rasa duka sedikit demi sedikit. Urfa mengingatkan bahwa ritual ini adalah momen untuk berkumpul, mengenang, dan merasa bahwa kita tidak sendirian dalam kehilangan. Dalam buku ini, duka dibahas bukan hanya dari sisi pribadi, tapi juga sosial—bagaimana kita bisa berbagi kesedihan dengan orang-orang yang merasakan kehilangan yang sama.

(“Mama Dunia Berat Banget Setelah Mama Di Surga” foto dari instagram bukumojok)

5. Kenangan Adalah Obat

Yang terakhir, buku ini mengajarkan kita untuk tidak takut mengenang. Buat kamu yang mungkin sering menghindari kenangan karena takut terbawa sedih, buku ini punya pesan bahwa kenangan bukanlah musuh. Mengingat saat-saat indah bersama orang yang sudah tiada bisa memberi kekuatan. Kenangan membuat kita merasa bahwa mereka masih ada di sekitar kita, dan bisa menjadi pengingat bahwa mereka ingin kita melanjutkan hidup dengan baik.

Jadi, buat kamu yang lagi cari buku yang bisa menguatkan hati dan mengajak memahami proses berduka, Rumah Ini Tak Lagi Sama benar-benar recommended! Buku ini mengajak kita untuk melihat duka dengan cara yang lebih sehat, memberikan ruang bagi kenangan sambil tetap melangkah maju.

Artikel Lainnya